Upaya Pengendalian Tikus di IP2SIP Ngale
Instalasi Pengujian dan Penerapan Standar Instrumen Pertanian (IP2SIP) Ngale yang merupakan salah satu kebun pengujian dibawah BSIP Aneka Kacang, saat ini membudidayakan tanaman kedelai dan kacang hijau.
Ancaman budidaya yang ditemui dalam kurun waktu ini adalah serangan hama tikus. Upaya pencegahan dan pengendalian dilakukan melalui pendekatan berbasis aspek bioekologi hama tersebut.
Pendekatan aspek bioekologi tikus mencakup pemahaman petani terhadap perkembangbiakan, sumber pakan, habitat, breeding site, populasi, pola pergerakan, serta keterkaitan antara perkembangbiakan dan ketersediaan pakan di lahan. Pola tanam setempat yang bertipe serempak atau tidak serempak juga merupakan salah satu faktor penentu dalam mengendalikan hama tikus.
Sebelum dilakukan kegiatan pengendalian, perlu diawali dengan identifikasi lubang aktif, runway dan habitat tikus. Informasi tersebut menjadi pedoman dalam melakukan tindakan pengendalian dengan menerapkan jenis komponen pengendalian yang tepat pada saat itu.
Beberapa komponen pengendalian yang efektif dalam menurunkan populasi adalah dengan melakukan fumigasi menggunakan asap belerang sebagai bahan aktif. Fumigasi dilakukan terhadap lubang aktif untuk membunuh induk betina beserta anak-anaknya. Selain fumigasi, penggunaan LTBS (Linear Trap Barrier System) juga efektif untuk menekan populasi tikus.
LTBS terdiri dari bentangan pagar terpal (100-120 m) yang dipasang pada habitat utama dan dilengkapi dengan 5-6 perangkap bubu pada setiap jarak 10-20 m secara berseling. Pemasangan LTBS juga dapat mengantisipasi pergerakan tikus pada hamparan luas yang menerapkan asynchronous planting (tanam tidak serempak) atau yang memiliki jenis pertanaman yang relatif beragam.
Kelebihan dari LTBS ini dapat dibongkar pasang dan dipindah (removable) secara berkala ke lokasi lain apabila hasil tangkapan sudah mulai berkurang. LTBS sangat efektif digunakan sebagai indikator dalam memprediksi populasi tikus di sekitarnya.
Alternatif lainnya adalah pemanfaatan pestisida nabati berupa air rendaman dari daun nimba dan tembakau yang disemprotkan pada tanaman sasaran.
Alternatif terakhir untuk mengendalikan hama tikus adalah pengumpanan dengan menggunakan rodentisida yang dapat dilakukan pada saat tidak ada pertanaman sebagai sumber pakan utama.
Pengendalian hama tikus akan lebih efektif apabila dilakukan tepat waktu, yaitu setelah panen, awal tanam atau pada saat tanaman padi memasuki stadia generatif. Pada saat tersebut hama tikus memasuki masa perkembangbiakan (breeding season) yang apabila tidak dikendalikan akan berpotensi terhadap pelipatgandaan populasi pada musim tanam berikutnya. — Nur ‘Aini Herawati, Kurnia Paramitasari